Jumat, 23 Mei 2014

Sebuah pencerahan tentang sebuah "KRITIK".

BANYAK orang berpendapat, “mengritik harus disertai solusi”. Apa iya? Kritik itu apa, sih? Solusi itu apa, sih? Memangnya kalau kritik tanpa solusi merupakan kritik yang tidak baik dan salah? Memangnya kalau disertai solusi bisa menyelesaian masalah? Memangnya kalau tidak ada solusi, tidak akan ditanggapi? Apalah solusi sama dengan gagasan atau usul? Apalah kritik yang baik harus ada solusinya? Memangnya solusi pasti sesuai dengan selera yang dikritik? Memangnya kalau dikritik pasti ada tindakan perbaikan sesuai dengan solusi yang diusulkan?
Apakah kritik itu?
Secara umum, kritik berasal dari kata “kritein” yang berarti “hakekat”, “substansi”, “inti masalah”, “pokok persoalan”. Kritik adalah sebuah usaha menunjukkan hakekat dari sebuah hal atau suatu hal dari sisi kekurangannya dengan tujuan yang baik yaitu agar segi kekurangannya itu bisa diperbaiki oleh pihak yang dikritik dengan ataupun tanpa disertai solusi.
Macam-macam kritik
Secara umum ada dua macam kritik:
1.Kritik konstruktif
2.Kritik destruktif
Ad.Kritik knstruktif
Kritik konstruktif yaitu kritik membangun dengan cara menunjukkan kekurangan agar kekurangannya diperbaiki oleh pihak yang dikritik.
Contoh:
Pemilu offline dinilai boros dan rentan dengan kecurangan. Oleh karena itu perlu diadakan pemilu offline yang bebas dari hacker dan kecurangan.
Ad.2.Kritik destruktif
Kritik destruktif yaitu kritik dengan cara menunjukkan kekurangan namun disertai saran-saran yang justru menambah besar kekurangannya tersebut.
Contoh
KPK dikritik kurang efektif. Oleh karena itu wewenang KPK perlu dibatasi. Antara lain untuk melakukan penyadapan, KPK harus meminta ijin pengadilan setempat. Dan saran-saran lain yang justru membuat kekurangan KPK semakin besar.
Sasaran kritik
Secara umum, sasaran kritik ada dua kategori
1.Subjek yang bermasalah
Yang dimaksud subjek yang bermasalah yaitu pribadi-pribadi yang perilakunya bermasalah
Contoh:
Seorang presiden yang penakut, tidak tegas, curhat melulu, hidup bermewah-mewah, boros, pesolek, mudah curiga, licik, curang dan perilaku negatif lainnya.
2.Objek yang bermasalah
Yang dimaksud objek bermasalah yaitu, ucapan ataupun kebijakan-kebijakan dari seorang pemimpin yang dianggap tidak jujur dan merugikan pihak-pihak tertentu.
Contoh:
Kebijakan pemilu yang menggunakan kotak suara dari kardus, DPT yang masih kacau, banyaknya data fiktif, larangan lembaga survei untuk melakukan quick count sebelum hasil pemilu dilaksanakan dan banyaknya saksi palsu serta indikator-indikator kecurangan lainnya.
Kritik tanpa solusi
Kritik tanpa solusi yaitu sebuah kritik yang ditujukan kepada meeka yang dianggap pandai, mempunyai tingkat kecerdasan yang cukup tinggi, punya kompetensi, bisa dipercaya dan dipandang bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan dengan caranya sendiri sehingga kekurangan-kekurangan itu tidak ada lagi.
Contoh:
Seorang pemilik E-KTP mengeluh di surat pembaca, bahwa dia tidak bisa meng-update data E-KTP-nya di kantor kelurahan maupun kantor kecamatan di mana pemilik E-KTP merupakan warga pindahan.  Tanpa disertai solusi karena penyelenggara E-KTP pastilah tenaga-tenaga yang ahli dan kompeten untuk memperbaiki sistem update tersebut.
Kritik dengan solusi
Kritik dengan solusi ditujukan kepada pejabat tertentu melalui surat kabar, namun kritik pertama dan seterusnya tidak ada tanggapan. Maka, dibuatlah kritik dengan solusi. Atau, kritik ulang terhadap perbaaikan-perbaikan yang tidak sesuai dengan yang dihaarapkan oleh pihak penulis kritik.
Contoh:
Kebijakan sterilisasi yang hanya mengandalkan sistem tilang. Ternyaata tidak efektif (walaupun sudah pernah dikritik). Maka, perlu kritik ulang yang disertai solusi agar kebijakan sterilisasi disertai kebijakan untuk meninggikan sepaarator busway, membuat palang pntu portal berumbai dan membuat polisi tidur yang hanya bisa dilalui bu TransJakarta tetapi tidak bisa dilewati kendaraan lainnya.
Apakah kritik tidak harus disertai solusi?
Apakah sebuah kritik tidak harus disertai solusi tergantung permasaalahannya. Kalau permasaalaahannya sangat sederhaana, tentu tidak perlu disertai solusi.
Contoh:
Jalan di DKI Jakarta berlobang-lobang tiap kali habis hujan atau banjir. Tidak harus disertai solusipun pihak Pemda DKI Jakarta sudah tahu apa yang harus dilakukannya.
Apakah mengritik harus disertai solusi?
Apakah sebuah kritik harus disertai solusi, tentunya kalau objek kritiknya merupakan kekurangan yang fatal akibatnya. Oleh karena itu perlu diberikan solusi untuk mengatasinya.
Contoh:
Sistem NIK (Nomor Induk Kependudukan) yang diterapkan sekarang ternyaata bersifat NIK Daeah di mana setiap pindah kota, NIK Daerahnya pasti berubah, karena juga ada kode wilayahnya. Hal ini bisa berakibat fatal jika dijadikan dasar pembuatan DPT. Bank data kependudukan juga kacau dan bahkan bisa menimbulkan KTP Nasional atau E-KTP ganda. Oleh karena itu perlu diberi solusi, agar membuat NIK Nasional, di mana pemilik KTP walaupun bepindah-pindah kota, NIK Nasionalnya tidaak berubah. Hal ni sangat bagus buat pembuatan Bank Data Kependudukan.
Kesimpulan
-Jadi, apakah sebuah kritik harus atau tidak harus disertai solusi tergantung kualitas subjek yang dikritik dan juga tergantung daripadakualitas objek yang dikritik.
-Oleh karena itu, anggapan bahwa semua kritik harus disertai solusi merupakan anggapan yang salah.
Sebuah pencerahan dr pakar logika Hariyanto Imadha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar