Dewasa ini saya dipusingkan dengan perkara mikirin
nasib negara. Padahal saya sudah males ngurusin negara, ya soalnya gitu negara
kita kondisinya ndak kunjung membaik, mulai dari melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar, pasal penghinaan presiden, konflik antar menteri, dan perkara
lain yang saya lupa saking banyaknya masalah yang mendera negara ini. akibat
dari semakin banyaknya masalah yang melanda negara ini. Tak urung Jokowi pun
mendapat banyak nyinyiran. Wajar dong. Namanya juga negeri absurd. Kalo di
negara lain mah, presiden tugasnya ngurusun rakyat. Lah di sini, di negeri
absurd ini, justru rakyat yang ngurusin presiden. Apa ndak hebat? Saya jadi
inget kata-kata teman saya yang anak gaul bekasi, dia pernah bilang, ‘hoby
ngurusin orang kok dipelihara, kambing noh pelihara’. Mari tinggalkan perkara
pelihara-peliharaan.
Status saya sebagai mahasiswa yang bergelar agent of change harus segera
diproklamirkan, saya harus memberi solusi terhadap segala permasalahan bangsa. Padahal
Saya ndak punya banyak ide untuk membangun bangsa, maklum hidup saya gur ngopi,
ngudut, turu tok berdialektika terus. Maklum efek libur panjang jadi daya
progressifitas saya masih rendah. Dengan keterbatasan ide yang saya punya, saya
cuma bisa ngasih usul pada pak jokowi kalau bliyo harus meniru presiden
mahasiswa BEM UGM soal kepemipinan.
Presma UGM ini mempunyai kemiripan soal karir
jenjang politik dengan Jokowi. Jika pak jokowi pernah menjabat sabagai gubernur
DKI sebelum menjadi presiden, maka presma UGM ini juga pernah menjabat sebagai
sekjen dema fisipol sebelum menjadi presma. Uniknya lagi keduanya naik jabatan
sebelum masa pemerintahannya belum berakhir. Sangat disayangkan presma UGM ini
memutuskan untuk (di) keluar(kan) dari dema fisipol, padahal dibawah arahannya
dema fisipol sukses menjadi lembaga yang tinggi menjulang mengakar kedalam,
begitu kiranya.
Yang lebih
ajaib lagi keduanya sama-sama mempunyai lawan politik. Jika jokowi vis a vis
KMP, Presma UGM ini mempunyai lawan politik yaitu Dema Fisipol, lembaga yang
dijuluki lembaga lain oleh bliyo ini sering nyinyirin presma UGM dan BEM KMnya,
tapi yang saya salut dari presma UGM ini bliyo tidak menghiraukannya, karena
menurut simpatisannya BEM KM tidak level
untuk ngurusin Lembaga ecek-ecek tingkat fakultas macam Dema. BEM KM sekarang
sudah naik levelnya menjadi garda terdepan dalam mengurusi negara. Kita patut
beri apresiasi tentunya.
Lantas apa
yang harus ditiru oleh jokowi dari seorang presma UGM? Kok berani beraninya
saya yang hanya butiran jasjus dalam dunia intelektual ini nyuruh orang sekelas
presiden RI untuk belajar kepada orang yang hanya bergelar presma UGM. Eitsss,
jangan anggap rendah dulu Presma UGM ini, bliyo ini sosok orang yang ramah,
merakyat, pengingat dan pandai menghitung. Bayangkan saja presma UGM ini tiap
hari membuat status di socmednya dengan diawali dengan kalimat pembuka sesuai
dengan jumlah hari keberapa bliyo menjabat sebagai presma. Coba bandingkan
dengan jokowi yang__ saya berani bertaruh kalo jokowi pasti tidak
ingat sudah berapa hari ia memimpin indonesia.
Kemudian apa yang pantas ditiru jokowi dari
seorang presma UGM?. Ketegasan tanpa ragu dari presma UGM harus di tiru oleh
Jokowi, mengingat jokowi dikenal dengan pemimpin yang lembek dan mudah disetir
oleh kepentingan oligarki nakal. Berbanding terbalik dengan jokowi sang presma
orang yang tegas dan bukan petugas partai. Bliyo dianggap berdiri sebagai wakil
dari mahasiswa UGM, padahal apa yang dikatakannya belum tentu mewakili suara
dari mahasiswa UGM. Keren kan? Bliyo juga orang yang teliti dan orang yang
sangat detail mengurus hal yang kecil.
Buktinya beliau sempat menyemprot lembaga lain yang dianggapnya mengutip atau
membajak informasi yang berasal dari akun official BEM KM. Akibat tindakannya yang
tanpa kompromi itu, lembaga lain tersebut dipaksa menyampaikan rilis permintaan
maaf yang as joss as possible.
Selain itu
gaya orasi yang presma UGM yang meledak-ledak sampai urat lehernya terlihat
harus ditiru oleh jokowi. Pasalnya jokowi sering dikritik gara-gara gaya orasi
atau pidatonya yang kalem, nyontek naskah bin bikin ngantuk. FYI aja orasi pak
presma sukses membuat khalayak maba emes terpesona loh. Dan mereka tak ragu
memberi aplos. Saya pun termasuk orang yang bela-belain datang ke acara
tersebut hanya untuk melihat pak presma memberikan khutbah progressif pada maba
emes.
Terakhir yang
harus dicontoh jokowi dari seorang presma UGM adalah cara dia bikin adem
kabinetnya. Pasalnya jokowi masih dipusingkan dengan perkara kurang ademnya kabinet
kerja. Jika teman-teman hadir pada penutupuan ppsmb palapa, pasti teman teman
akan menilai bahwa pak presma ini sangat kompak dan sayang dengan menterinya.
Saking sayangnya kepada jajaran menterinya sampai-sampai para menterinya bliyo
ajak ke atas panggung untuk mejeng dibelakang bliyo yang sedang khusuk
memberikan kutbah progressif dihadapan maba emes. Cara seperti ini mestinya
ditiru oleh jokowi,, agar supaya menteri-menterinya bisa akur dan
tidak berantem satu sama lain. Coba bayangkan jika jokowi berpidato terus
didampingi oleh para menterinya yang mejeng di belakang bliyo, pasti sterotip
publik terhadap menteri dikabinet jokowi akan kembali baik.
Kalau saya
boleh nilai dari segi kepimpinan jokowi mah ga ada apa-apanya dibanding pak
presma UGM. Tapi pak jokowi masih punya satu keunggulan dibanding pak presma
yaitu pak jokowi masih merupakan sosok yang bukan termasuk kedalam golongan
kacang lupa kulit buktinya bliyo masih setia sungkem dan sering mengajak ibu mega dalam acara kenegaraan. Berbeda dengan
pak presma UGM ini yang dicap sebagai orang yang kacang lupa kulit oleh salah
satu teman saya karena dirasa memperlakukan lembaga lain secara berlebihan. Tak
hanya kacang lupa kulit, ada juga yang
menjuluki beliau sebagai gado-gado lupa kerupuk seperti itu.
Sekian
cangkeman saya yang as joss ass osolole semoga bermanfaat. Hidupppp .......
....(silahkan isi sendiri)