Ada begitu banyak pendapat tentang bagaimana mahasiswa___sebagai seorang intelektual___selayaknya berperilaku. Ada yang berpendapat bahwa mahasiswa harus berjuang di sisi kelas tertindas, aktif memberi solusi bagi masalah sosial atau tekun belajar dan mengembangkan kapasitas diri. Badrul Arifin Afif, staf Aksi dan Propaganda Dewan Mahasiswa FISIPOL UGM menulis tentang “Zombie Intelektual”:intelektual yang seolah masih hidup walau pada dasarnya ia telah tiada. Haruskah kita jadi seperti itu?_______________________________________________________________ “Hidup kita selain terdiri dari dunia objektif yang nyata, sebagian juga merupakan tafsir kita, dengan kata lain hidup itu sesungguhnya campuran dari kejadian yang sifatnya empiris dan sejauh apa kita menafsirkan kejadian tadi” - Budiman Sudjatmiko dalam Anak-Anak Revolusi I. Pengantar Awas bahaya laten Zombie Intelektual! Melalui tulisan ini saya akan memaparkan dan memperkenalkan sebuah istilah sosial yang dinamakan dengan zombie intelektual. Zombie Intelektual, istilah dapat ini disematkan pada mereka yang mumpuni secara akademik atau yang bersifat teoritis, namun kurang peka, lebih bersikap untuk netral atau tidak bersikap (diam) menerima apa adanya tentang fenomena yang terjadi disekitar, bahkan terkesan apatis akan situasi di lingkungan sosial yang lebih luas (artian lemah pada praktek), layaknya mayat hidup atau zombie. Fenomena ini banyak terjadi di kalangan mereka yang “katanya” telah berpendidikan tinggi, dari mulai mahasiswa sampai dosen. Tulisan ini secara khusus lebih memfokuskan pada fenomenazombie intelektual dikalangan mahasiswa. Mengapa mahasiswa? Seperti yang kita ketahui mahasiswa merupakan agent of change, calon penerus bangsa, calon pemimpin bangsa. jika dianalogikan dalam dunia sepakbola, mahasiswa diidentikan sebagai young guns, rising star yang akan menggantikan posisi pemain yang telah pensiun atau yang sudah tidak produktif lagi, yang diharapkan mampu memberi angin segar dan perubahan yang lebih baik terhadap negeri ini. Namun apa yang terjadi saat ini? Banyak mahasiswa mulai mengalami ketertutupan pikiran, mereka tidak tahu akan sesuatu, padahal problem sosial di sekitarnya berserekan dan menjadi realitas yang membutuhkan peran mahasiswa. Menurut hemat saya ada beberapa hipotesis yang membuat mereka tidak tahu yakni mereka memang benat-benar tidak tahu atau mereka tahu namun mereka pura-pura buta bahkan tidak peduli atau apatis . Selain itu yang membuat mereka memiliki sifat seperti zombie intelektual yakni mereka kurang peka akan kondisi sosialnya,ini disebabkan oleh terfokusnya konsentrasi mereka pada padatnya kegiatan kuliah di dalam kampus dan terjebak padamindset “yang penting IP bagus dan cepet lulus” sehingga mereka tuli dan seakan-akan menutup kupingnya rapat-rapat akan apa yang ada pada kondisi sosialnya. Tidakkah Dante Aligheri pernah mengatakan bahwa “Tempat tergelap di Neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral disaat krisis moral terjadi”? Itu adalah kondisi kebanyakan mahasiswa jaman sekarang. kebanyakan dari mereka yang hidup di era modern ini, tanpa ia sadari masih sering bersikap netral atau bahkan tidak bersikap (diam) atau dalam bahasa jawanya memiliki kepribadian ” Nrimo ing Pandum “ yang memiliki artian menerima begitu saja segala bentuk keadaan yang sedang menimpanya entah itu yang enak maupun yang tidak enak dengan apa adanya, tanpa mempertanyakan dan mengkritisi apa yang membuatnya berada dalam kondisi yang tidak enak. Memang kepribadian seperti ini bukan hanya dimiliki oleh mahasiswa saja namun hampir keseluruhan masyarakat tradisional, tak mengenal lapisan umur masih memiliki kepribadian seperti ini. Kita dapat maklumi jika kepribadian tersebut terjadi pada masyarakat tradisonal dikarenakan faktor pendidikan tidak mendukung mereka. Namun jika sikap Nrimo ing Pandum ini dimiliki oleh para mahasiswa yang berpendidikan tinggi hal tersebut akan menjadi boomerang yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Bagaimana tidak? Sikap nrimo yang berujung pada netralnya (diamnya) mahasiswa ketika dihadapkan pada suatu hal yang jauh dari kesan ideal ini akan membuat mahasiswa diam membisu ketika dihadapkan pada suatu kondisi yang membuat dirinya dirugikan, mudah di setir, dijajah, diperdaya dan menjauh dari sikap kritis. Padahal sikap kritis merupakan sifat yang harus dimiliki oleh mahasiswa, agar kita mampu mengkritisi suatu keadaan yang tak sesuai dengan kondisi ideal yang seharusnya, dan tidak mudah di dijajah atau di setir oleh para pemangku kebijakan. Singkatnya dari segi otak mereka hidup dan pemikiran merekaintelektual, jago banget dalam urusan yang berhubungan dengan hal yang sifatnya akademis, namun dari segi bathiniyah,kepekaan dan kesadaran sosial, jiwa mereka mati layaknyazombie. Dari apa yang saya paparkan diatas tentang pengertian, fenomena dan ciri-ciri zombie intelektual, nah silahkan Anda nilai diri anda masing-masing apakah kita termasuk dalam golongan tersebut atau tidak. Jika iya mari sekarang juga kita bersama-sama introspeksi diri, (secara saya sendiri belum sepenuhnya terlepas dari sikap yang mengarah pada zombie intelektual) buka mata berhenti buta, pasang kuping berhenti tuli, buka mulut berhenti bisu, hidupkan jiwa mulai asah sensitivitas atau kepekaan kita terhadap realitas sosial yang ada, mari bersama bangkit dan bergerak meninggalkan sikap-sikap yang mencerminkan kita sebagai zombie intelektual.
Badrul Arifin AfifStaf Departemen Aksi dan PropagandaDewan Mahasiswa FISIPOL UGM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar